Wednesday, June 20, 2007

Memories Si Binatang Jalang

AKU


Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Medan, 26 Juli 1922 chairil nawar dilahirkan, semasa hidup beliau banyak memberikan kontribusi besar pada perkembangan karya sastra, khususnya puisi di tanah air, si Binatang Jalang julukan Chairil bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern.

Sebuah petikan puisi

….Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi…..

Merupakan karya yang hingga kini banyak kita kenal sebagai karya monumental, selain karya-karya yang lainnya.

Jakarta, 28 April 1949, Sosok Chairil menghembungkan nafas yang terakhir kalinya di bumi Indonesia. Anwar meninggal dalam usia muda karena sakit bronkhitis akut yang menyebabkan "Sang Binatang Jalang" meninggal dengan meninggalkan bercak hitam noda darah dikamar sebuah percetakan milik seseorang berdarah Tiong Hoa,setelah Dia tidak lagi bersama sang istri Marsiti. Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. W

1 comment:

Anonymous said...

siapa yg tak kenal chairil anwar
sampai saat ini saya membaca puisi2nya berulang2 tanpa jemu.