Monday, June 18, 2007

KANGEN Band,

Band Ndeso Saba Kota


SIAPA BILANG musikalitas satu band itu menentukan sukses? Katanya makin rumit, makin susah ditiru, chord-chord yang dimainkan makin aneh-aneh, berarti musikalitas band itu bagus. Benarkah?


Ternyata anggapan itu harus dibantah. Pasalnya, di Indonesia, penikmat musiknya bukan termasuk penganut ‘musikalitas ribet’ dan aneh-aneh. Simpel saja yang dimaui, musik sederhana, enak di kuping, liriknya cepat dihapal dan mudah ‘digenjrang-genjreng’ dengan gitar. Beberapa band sudah membuktikan, ramuan itu justru membuat satu lagu mudah nancep.

Entah, apakah karena belajar dari kesederhanaan itu, KANGEN Band membuat lagu-lagunya tidak rumit, simple, meski lirik dan cara menyanyikannya, terdengar cengeng dan cemen. Formulasi kegampangan itu toh sukses menembus label major besar. Alasannya gampang, karena lagu-lagu band ini enak dan gampang. Jangan kaget, notasi lagu ‘Selingkuh’ yang jadi single hits, mengingatkan kita lagu pop 80-an era Obbie Mesakh.

KANGEN Band tidak fenomenal, tapi cukup mengagetkan. Jalan mereka menembus label itu tergolong mudah. Padahal tahukah kamu, usaha band ini menembus blantika musik Indonesia tergolong unik. Diawaki personil Dody [gitar], Andika [vokal], Tara [gitar], Lim [drum], dan Novry [bass], KANGEN Band awalnya dikenal di seputaran Lampung dan sekitarnya. Maklumlah, mereka memang berdomisili di bumi ruai jurai [ini julukan Lampung].

Band yang dibentuk 4 Juli 2005 itu, didirikan oleh Dody. Alasan memberi nama KANGEN Band, menurut Dody simpel saja, supaya orang yang mendengar lagu-lagu mereka selalu kangen untuk mendengar lagi. Meski terkesan ndeso, toh nama itu pula yang melejitkan mereka. Di Lampung, prestasi mereka lumayan. Mereka langganan juara festival musik. Sempat meraih tropi Walikota Lampung untuk Festival Indie Band dan membawa predikat best vokal dan best song tahun 2005 silam.

Dari karya sendiri yang mereka buat, beberapa lagu kemudian dikirim ke radio-radio. Lirik yang membumi, suara yang sudah akrab dengan publik Lampung, membuat KANGEN Band menjadi salah satu high request di radio-radio. Tak Cuma di Lampung ternyata, karena menyebar juga ke Palembang, Medan, malah menembus Sulawesi sampai Manado. Beberapa wartawan Jakarta sempat ‘kebingungan’ ketika liputan di Sulawesi dan ditanya soal KANGEN Band. “Siapa band ini, sampai semua bertanya?” celetuk beberapa rekan wartawan.

Sukses indie, KANGEN Band diendus oleh ‘bajakers’ [pembajak]. Meski belum pernah rilis album, tapi nyaris di semua lapak-lapak VCD dan CD bajakan, selalu memutar lagu-lagu band yang semua lagunya ngomong soal cinta ini. Sering dianggap merugikan, toh namanya terkatrol juga lewat bajakan ini. “Kami malah sering disebut band hantu, karena ada karya tapi bandnya sendiri belum ada albumnya,” sahut Dody sambil terkekeh. Gara-gara band ini juga, salah satu mall di Jakarta terpaksa membatalkan show case-nya, lantaran penonton yang datang melebihi kapasitas mall itu sendiri. “Takut ada apa-apa,” kilah Dody, yang mencipta semua lagu di album pertama ini.

Kini, KANGEN Band tak perlu pusing soal distribusi. Lewat Warner Music Indonesia yang akhirnya menggaetnya, mereka merilis album utuh bertitel Tentang Aku, Kau & Dia [2007]. Diproduseri Harry Tasman dan Youngky, album pertamanya ini masih menawarkan materi yang tidak neko-neko. Lagu-lagu seperti Tentang Bintang, Selingkuh, Penantian Yang Tertunda, Jika, Bidadari Surgaku, Menunggu dan Petualang Cinta, dianggap mewakili perasaan banyak anak muda sekarang. “Khususnya untuk laki-laki yang disakiti perempuan,” repet Dody tersenyum.

Tentu bukan band ndesit lagi sekarang. KANGEN Band mulai kerap meramaikan banyak acara di Jakarta [dan Jawa]. Yang perlu jadi catatan, jangan sampai deh jadi band ‘kapal selam’ seperti banyak band baru lain. Muncul sebentar, dan kelamaan tenggelam. Mungkin juga perlu berfalsafah, biar ndeso yang penting ngangenin. Ω

No comments: