Saturday, June 30, 2007

Kontes Kecantikan

Oleh : Saiman, S.S.

"ETHA passath, imam lokam cittam rajarathupamam yattha bala visidanti, natthisango vijanatam." Artinya: Pandanglah dunia ini seperti kereta karejaan yang penuh perhiasan, yang membuat orang terlena di dalamnya; tetapi orang bijaksana yang menyadari hal ini, tak ada lagi kemelekatan dalam dirinya." (Dhammapada: 171)

Setiap tahun dilaksanakan kontes pemilihan Putri Indonesia, yang terpilih dipandang sebagai Putri yang cantik secara lahiriah maupun kemampuannya. Cantik bagi seorang wanita maupun tampan bagi seorang pria merupakan dambaan bagi kebanyakan manusia yang dilahirkan di muka bumi. Kecantikan selengkapnya dilihat dari penampilan watak dan tinkah laku, yang sangat tergantung pada kepribadian dan tingkat kerohanian. Vinaya atau peraturan untuk para rahib, bahkan mengatur tingkah laku yang agaknya sepele. Misalnya berpakaian rapi sepantasnya, berjalan tidak berjingkat, duduk tidak merangkul lutut, tidak bertolak pingang, makan tidak mengeluakan lidah, pendeknya tingkah laku yang menyenangkan. Vinaya yang merupakan kitab bagi umat Buddha seharusnya dipahami bukan hanya dihafal, sehingga akan menumbukan prilaku yang beradap dan menambah daya tarik yang berupa kecatikan bagi wanita maupun ketampanan bagi seorang pria. Kisah manusia catik sudah ada sejak zaman Buddha. Ketika Murid Buddha bernama Migara mempunyai seorang anak laki-laki bernama Punnavaddhana menginjak usia dewasa, Ia diperintahkan oleh orang tuanya untuk memilih seorang gadis untuk menjadi istrinya, ia berkata, "Hanya jika saya dapat menemukan seorang gadis yang memiliki lima kecantikan, saya akan melaksanakan apa yang Ayanda katakana, "Anaku apakah yang dimaksud dengan lima kecantikan itu? Tanya orang Tuanya "Kecantikan rambut, kecantikan daging, kecantikan tulang, kecantikan kulit, dan kecantikan orang muda." Jawab Punna." Pada seorang wanita yang sangat besar kebajikannya, rambutnya menyerupai ekor burung merek, ketika digerai dan dibiarkan terjatuh, rambutnya akan menyentuh pergelangan kaki, ujung rambutnya akan ikal ke atas. Inilah yang pertama kecantika rambut. Ia harus memiliki bibir dengan warna yang menyerupai cerahnya merah labu manis. Selain itu bibirnya harus sejajar dan lembut. Inilah kedua, kecantikan daging. Yang ketiga adalah kecantikan tulang, giginya harus putih dan tidak memiliki celah barang sedikit pun. Selain itu , harus bersinar seperti deretan berlian atau menyerupai kulit kerang yang dipotong sepurna."Kulitnya harus sehalus karangan bunga lili dan seputih karangan bunga kanikara tampa menggunakan kayu cendana atau pemerah pipi maupun kosmetik lainnya. Inilah kecantikan kulit. Kecantikan yang keempat."Kecantikan kelima atau kecantikan yang terakhir adalah kecantikan orang muda. Yaitu, meskipun ia telah melahirkan anak sepuluh kali, ia harus semuda dan sesegar seumpama ia baru melairkan anak sekali "(Culavedalla Sutta, Majima Nikaya:44)

Segera ibu Punnavaddhana mengundang 108 brahmana lalu meminta mereka untuk mencarikan seorang gadis yang memiliki "lima kecantikan". Sebelum melepas para brahmana itu pergi, ia memberikan mereka banyak uang dan masing-masing satu kalung bunga emas yang mahal harganya. Katanya " Jika kalian telah memiliki gadis yang memiliki "lima kecantikan " tersebut kalungkan bunga emas ini kepadanya. Karena tak ditemukan gadis semacam itu di kota-kota besar, mereka memasuki kota Saketa. Hari itu adalah " Hari Rakyat" Masyarakat sedang merayakan hari tersebut. Diceritakan bahwa semua orang-meskipun orang tidak biasa keluar rumah- diiringi pelayannya ikut hadir dan berjalan ke pinggir sungai.

Visakha yang berusia sekitar 16 tahun, menghias dirinya berjalan ke pinggir sungai diiringi banyak gadis lain. Tetapi tanpa diduga, hujan turun diwaktu itu. Gadis-gadis pelayan tersebut berlari secepat mungkin dan berlindung di sebuah aula. Tetapi Visakha berjalan seperti biasa meskipun hujan sedemikian derasnya. Kemudian para Brahmana melihat bahwa Visakha memiliki "lima kecantikan" lalu mereka menyambutnya dengan gembira, mengalungkan semua karangan bunga yang terbuat dari emas kepadanya dan mengabarkan hal ini kepada Migara.

Kedua belah pihak mengadakan pertemuan untuk membicarakan putra-putrinya. Setelah diadakan pertemuan tidak lama kemudian dilangsungkan pernikahan atara Punnavaddhana dengan Visakha. Punnavaddhana merupakan putra Migara dan Visakha Putri dari Bendaharawan Dhananjaya. Setelah berlangsungnya pernikahan tersebut Sang Bendaharawan memberikan nasihat pada putrinya yang kemudian menjadi pedoman bagi umat Buddha dalam menjalankan pernikaan. Sepuluh nasihat Dhananjaya adalah sebagai berikut : 1) Selama tinggal di rumah, tidak membawa keluar api yang ada di dalam rumah; 2)Tidak membawa masuk api yang ada di luar rumah; 3) Memberi hanya kepada orang yang memberi; 4) Tidak memberi kepada orang yang tidak memberi; 5) Menolong orang yang memberi maupun yang tidak memberi; 6)Duduk dengan gembira; 7)Makan dengan gembira; 8)Tidur dengan gembira; 9)Memelihara api; 10) Menghormati merekan yang lebih tua, para sesepuh, dewa-dewa rumah tangga." Orang cantik tentunya tidak sekedar fisik, karena kecantikan fisik akan terbatas dalam kurun waktu tertentu. Setelah mengalami usia tua , ia tidak akan cantik lagi. Demikian dengan kontes Putri Indonesia, setiap tahun akan berganti. Tidak ada Putri Indonesia yang dapat bertahan barang sepuluh tahun.**

No comments: