Saturday, June 30, 2007

Polantas, Tak sekadar Melintas

Whusss!

Ribuan kendaraan mulai dari roda dua sampai yang beroda delapan belas (baca= truk gandeng) berlalu dengan berbagai kecepatan. Dua orang lelaki mengawasi lalu lalang kendaraan, meski harus menantang terik dan debu yang menerpa. Seolah menjadi kebiasaan, karena atas dasar pengabdian. Coba bayangkan! Sebegitunya ‘mereka’ rela berjam-jam berdiri mengawasi kendaraan di bawah terik, menghirup debu dan asap, diusik deru-deru dan desingan suara mesin yang bising.

Berlandaskan pengabdian pada negara. Guna Mengayomi, Melayani dan Melindungi masayarakat. Polantas di wilayah Larangan-Candi saling bergantian menjaga keamanan lalu-lintas di perempatan dan jalur utama sidoarjo-malang tersebut. Sebut saja Bapak Bambang, dia mengaku cukup lelah juga dari pagi hingga malam berdiri diam dibawah terik matahari dan ditengah kerumunan asap kotor juga suara bising yang saling menyahut. Belum lagi kalau ada kecelakaan.

“Kalau panas, itu sudah biasa. Juga asap-asap dan desingan motor. Tapi terkadang saya suka pusing, membayangkannya saja saya sudah belibet (red=bingung/puyeng) kok! Tapi gimana lagi ya, dik. Ini sudah menjadi suatu resiko kalau ingin mengabdi pada Negara. Lagipula saya enjoy saja. Tiap pagi dan siang ‘kan selalu banyak anak sekolah yang mau menyebrang, saya jadi ingat anak saya.”

Bapak dari tiga orang anak ini ternyata salah satu dari ketiga anaknya ada yang alumni Spindi lho! “Iya… sekarang dia udah smu kelas tiga.” Waktu Mac’Z ingin mengungkap siapa namanya Pak. Bambang tidak memberitahu (kenapa?) Yang jelas dia cewek, pinter, alumni Spindi sekitar tahun 2001-2003 gitu! Wah, siapa ya….?

Bukan hanya Pak. Bambang saja yang bertugas di Pos Polantas Larangan-Candi. Ada sekitar tujuh orang Polantas lain yang berjaga di Pos tersebut. Yaitu Pak Candra, Pak Bagiyo, Pak Septian, Pak Slamet, Pak Indra, dan Pak Shaleh. Karena kebetulan keenam Polantas itu sedang bekerja, Mac’Z Cuma bisa mewawancari Pak Bambang saja yang kebetulan sedang berteduh didalam pos bersama Pak Candra dan Pak Septian. Pak Cndra dan Pak Septian saat itu sedang mengurusi administrasi seorang warga. Sedangkan empat polisi lainnya sedang turun dijalan untuk menjaga lalu-lintas. Siapa tau ada anak sekolah yang nekad menerobos traffic light….

Menurut Pak Bambang, masalah lalu-lintas sebenarnya justru banyak yang timbul dari anak sekolah dan remaja yang ugal-ugalan lho! Pasalnya, anak sekolah dibawah usia ketetapan SIM yang berlaku sebagaimana mestinya itu terkadang nyeleweng. Mereka nekad bawa motor padahal belum punya izin tetap dan sah, lalu mereka juga sering bikin ulah dijalanan. Sebenarnya itu masalah yang paling sukar buat Polantas.

“Nggak usah jauh-jauh. Kalian tentu ada yang udah bawa sepeda motor ke sekolah ‘kan?” spontan kru Macanssa tertawa dan mengangguk tersipu-sipu (Emang banyak kok Pak! Ngaku!) “Nah, harusnya ‘kan nggak boleh… Standartnya usia 16! Trus, coba lihat teman-teman kalian. Ada kan yang suka kebut-kebutan? Juga ada yang motornya cuma punya mata satu (baca=spion motor). Trus, joknya ditinggikan. Atau plat nomernya ditempel dirumah (alias nggak ada plat-nya)?” sekali lagi kami jadi malu.

“Masalah seperti itu biasa timbul pada kalangan anak sekolah dan remaja. Sebab emosi mereka masih belum labil. Kalau udah punya SIM juga tetap bakal kena TILANG. Boleh kok kalian mau bergaya buat gengsi-gengsi an sama teman-teman, tapi harus memperhatikan standart kendaraan bermotor yang semestinya. Polisi memberi Bukti Pelanggaran pada kalian itu untuk kebaikan kalian juga.”

Hm…., iya juga. Sobat MaC’z pasti tau mana yang bener dan yang salah. Sobat MaC’z pasti banyak juga ‘kan yang suka mengotak-atik sepeda motor kesayangan kalian biar makin jreng!. Tidak ada yang melarang. Asal, seperti kata Pak Bambang, harus memperhatikan standart –nya. Juga harus memperhatikan lalu lintas. Permasalahan para muda yang ugal-ugal dalam berkendara biasanya terjadi di kawasan perkotaan. Selain tempatnya yang rawan kecelakaan, juga karena jalan rayanya yang luas sehingga para remaja leluasa untuk ngebut.

“Tapi, kalau bisa sih. Lebih baik menunggu SMU aja dulu, deh! Lagipula, hanya kurang beberapa tahun saja kan? Sementara bisa naik Angkot atau Sepeda Mini. Jauh lebih aman buat kalian. Selama kalian bisa mematuhi peraturan, selama itu pula orang segan pada kalian. Lakukan apa yang sebenarnya bisa kalian lakukan.” Kata Pak Bambang menambahi.

Memang benar. Selagi kita bisa naik Angkot atau Sepeda Mini, kenapa tidak? Toh jauh lebih aman. Lagipula tak beda jauh dengan naik sepeda motor. Kalian juga ikut berjasa mengurangi polusi karena kalian memperminim penggunaan kendaraan bermotor yang merupakan sumber polusi. Kalau naik sepeda mini, bagi kalian yang big size, bisa dijadikan ajang buat diet. (hihihi) Asyik kan?

Pihak Polantas sebenarnya sudah sering melakukan acara-acara seminar dan penyuluhan di sekolah-sekolah untuk mengatasi masalah ini. Tetapi, jika dari dalam hati si pelaku saja tak ada kesadaran diri yah mana mungkin bisa. Jadi, buat para sobat MaC’z… Mulai buka diri kalian sendiri. Serap dan ingat semua yang dikatan Pak Bambang. Bantulah tugas Pak Polantas atau Polwan disekitar kita. Hormati peraturan lalu lintas sebagai semestinya. Itu semua juga untuk kalian.

Pesan terakhir Pak Bambang “Sebenarnya saya salut sama siswa-siswi SMPN I Candi. Setiap pagi dan siang pulang sekolah, selalu teratur dalam menyebrangi traffic light. Tapi saya juga sering memberi Bukti Pelanggaran (TILANG) pada lebih dari satu siswa-siswi SMPN I Candi lho! Tetap patuhi peraturan ya. Polantas itu bukan hanya sekadar melintas melihat lalu lintas, tapi mengerti mana yang pantas dak tidak. Jika ada yang menyeleweng, kami sigap dan siap membarantas agar jadi benar. Dan selalu Mengayomi, Melindungi, Melayani Masyarakat!”

Oke deh, Pak! Sobat MaC’z semua akan selalu memperhatikan peraturan lalu-lintas…. ^_^

IRNING ATSILAH

(Irsha_Shakespaera# Red-MaC’z)

No comments: